Kamis, 05 Februari 2009
Membangun rumah secara tolong menolong
Sekelompok manusia ini tengah gotong royong melakukan pembangunan rumah di desa. Di pedesaan memang masih dapat dijumpai sistem gotong royong dalam menyelesaikan suatu kebutuhan salah seorang anggota masyarakat. Mereka tidak dibayar dalam kegiatan gotong royong ini. Bahkan mereka rela meninggalkan kegiatan pekerjaan rutinnya, semacam bertani atau beternak.
Pekerjaan gotong royong ini sungguh mulia, ikhlas tanpa dibayar dan didasari atas keinginan luhur untuk saling menolong tetangganya. Meski demikian, ada semacam aturan tidak tertulis dalam sistem gotong royong tersebut. Anggota kelompok kerjabakti pembangunan rumah biasanya selalu tetap. Katakanlah dalam satu kelompok terdapat 10 orang laki-laki, maka hajat rumah dari kesepuluh orang tersebut dikerjakan oleh satu kelompok tersebut. Bila dipikir dari sudut pandang lain, kesepuluh lak-laki tersebut tetap dibayar dalam kerjabakti mereka, namun bukan dibayar dengan uang melainkan dibayar dengan tenaga yang siap diberikan kapan saja kepada salah seorang anggotanya yang merasa butuh membangun atau memperbaiki rumah. Mudahnya tenaga mereka dibarter dengan tenaga juga, tidak perlu tenaga dibarter dengan uang.
Sabtu, 17 Januari 2009
DIY dan Potensi Biogas dari Kotoran Ternak
-->
Jenis
|
Material kering per hari (kg)
|
Jenis
|
Material kering per hari (kg)
|
Sapi, kerbau
|
5,20
|
Babi
|
0,70
|
Kuda
|
3,60
|
Itik, ayam
|
0,03
|
Kambing, domba
|
0,30
|
Manusia
|
0,07
|
Jenis
|
Biogas per kg material kering (m3/kg)
|
Jenis
|
Biogas per kg material kering (m3/kg)
|
Sapi, kerbau
|
0,25
|
Babi
|
0,44
|
Kuda
|
0,25
|
Itik, ayam
|
0,60
|
Kambing, domba
|
0,25
|
Manusia
|
0,40
|
Sempatkan juga baca ini buat yang ingin Rambutnya sehat bagai terlahir kembali. Klik!'
Jumat, 16 Januari 2009
Bengawan Solo
Bengawan Solo...
Riwayatmu kini
Sedari dulu jadi perhatian insani.
Air mengalir sampai jauh...
(Gesang)
Penduduk di sekitar aliran bengawan suka menyeberanginya dengan perahu. Tak hanya manusia yang menyeberang dengan perahu namun juga sepeda motor bahkan ternak (kerbau dan kambing) ikut naik ke atas perahu. Ketika air pasang dan tidak mungkin untuk diseberangi, penduduk hanya bisa menyaksikan air sungai yang meluap, menghanyutkan apa saja.
Pada saat musim kemarau, mereka bisa melewati sungai dengan berjalan kaki, menuruni lembah, menyeberangi sungai dan mendaki kembali. Kondisi kemarau ini membuat anak-anak dapat mandi dan berenang di kubangan. Di aliran bengawan solo terdapat pula tempat-tempat wisata atau plesiran. Tempat seperti itu menjadi tempat pacaran yang aman dan menyenangkan karena luasnya wilayah dan sepi di bagian-bagian tertentu. Pasangan muda-mudi, maupun keluarga bisa menyewa perahu mungil untuk berpacaran di dalam perahu yang diam, dengan tukang dayung di ujung yang lain dari penumpang. Menariknya suasana dan luas wilayah bengawan solo menjadi begitu mempesona, maka wajar banyak lagu-lagu tercipta karenanya.
Suasana berlibur di bengawan telah berlangsung dari generasi ke generasi. Semakin tua usia sungai semakin bertambah kisah dan kenangan yang tercipta. Panjangnya kenangan sepanjang air mengalir sampai jauh.
Telah banyak orang yang terlibat pengalaman dengan Bengawan Solo, tapi sedikit orang yang mengetahui bahwa sumber mata air bengawan berasal dari daerah yang sepi di kabupaten Wonogiri. Daerah berbatu-batu, seperti juga namanya, hutan berbatu, Wonogiri. Aliran sungai bengawan berasal dari daerah bernama Gunung Sewu, karena yang terlihat hanyalah perbukitan dengan tonjolan kecil di sana-sini. Di daerah itulah terdapat sungai-sungai kecil yang bisa diseberangi dengan kaki tak memerlukan jembatan, tak memerlukan perahu, namun merupakan sumber terciptanya Bengawan Solo yang melegenda itu. Siapakah yang menyangka?
Bahkan dalam lirik lagu ciptaan Gesang, yang diingat dan dinyanyikan adalah riwayat Bengawan Solo, air yang mengalir sampai jauh, bukan tentang “mata air yang terkurung gunung seribu”.
Referensi: buku Fotobiografi Djoenaedi Joesoef karangan Arswendo Atmowiloto.